Social Icons

Thursday, July 25, 2013

Menelaah Turunnya Al-Qur'an di Bulan Ramadhan (bagian 1)


Oleh: H.L.M. Bahtiar Zaadi, SE

Assalamu’alaikum Wr.Wb....
BULAN suci Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an, dan Alhamdulillah saat ini umat muslim di seluruh dunia sedang berada di dalam bulan suci Ramadhan yang insya Allah kita akan kembali mendapati bulan saat diturunkannya Al Qur’an. Sebagaimana didalam Beberapa ayat yang menjelaskan tentang turunnya Al Qur’an ini menarik untuk ditelaah karena jika dipahami ayat demi ayat secara terpisah akan menimbulkan kerancuan satu sama lainnya, padahal tentu saja ayat demi ayat di dalam Al Qur’an tidak mungkin satu sama lainnya saling bertentangan. Coba kita simak beberapa ayat yang menjelaskan turunnya Al Qur’an sebagai berikut :

1. QS Al Baqarah 185 : “Syahru Ramadhaanalladzii unzila fiihil Qur’aan, hudallinnaas, wabayyinaatim minal huda wal furqaan” ; Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…,

2. QS. Al Insaan ayat 23 : “Inna nahnu nazzalnaa ‘alaikal Qur’aana tanziila” ;  Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.

3. QS. Al Israa’ ayat 106 : “Waqur’aanaa faraqnahu litaqraahu ‘alannasi ‘ala muktsin wanazzalnaahu tanziilaa” ; Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.

Dari ayat-ayat tersebut di atas, memberikan penjelasan kepada kita bahwa Al Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan. Kemudian di ayat lain Allah memberitahukan kepada kita bahwa Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan cara berangsur-angsur yaitu tepatnya dalam kurun waktu 23 tahun masa kerasulan beliau. Dan ayat yang berikutnya juga menjelaskan alasan diturunkannya Al Qur’an secara berangsur bagian demi bagian agar Nabi Muhammad dapat membacakannya perlahan-lahan kepada manusia. Maka kemudian akan memunculkan pertanyaan mendasar bagi kita adalah : “Apakah Al Qur’an itu diwahyukan kepada Nabi Muhammad seluruhnya didalam bulan suci Ramadhan? Jawabannya tentu saja tidak, karena Al Qur’an itu pada ayat lain dijelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Lantas kemudian bagaimana kita memahaminya? Apakah Al Qur”an yang diturunkan pada bulan Ramadhan berbeda dengan Al Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur? Al Qur’an yang mana sebenarnya yang diturunkan pada bulan Ramadhan, dan Al Qur’an yang mana yang diturunkan secara berangsur-angsur? Mengapa pula konteks dalam QS. Al Baqarah 185 menyebutkan bahwa “Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu,,,” menerapkan tata bahasa dengan kalimat yang universal bisa berlaku lampau, saat ini, dan juga yang akan datang? Sedangkan pada ayat-ayat lainnya jelas merujuk kepada waktu lampau dan ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Bagaimana memahami dan menjelaskannya?

Agar kita bisa memahami informasi yang kelihatannya ‘bertabrakan’ itu, maka kita harus mengumpulkan ayat-ayat lainnya yang terkait dengan saat turunnya Al Qur’an. Kalau kita kumpulkan informasi dari ayat-ayat tersebut sebenarnya satu sama lain tidak bertentangan, karena masing-masing ayat memiliki sudut pandang yang berbeda. Yaitu bahwa Al Qur’an memang benar turun dibulan Ramadhan, dan benar bahwa Al Qur’an juga diturunkan secara bertahap selama 23 tahun.  Lantas, Al Qur’an mana yang turun pada bulan Ramadhan, dan yang mana pula yang turun berangsur-angsur? Untuk memudahkan kita memahaminya mari kita coba mencermati QS.Ali Imran ayat 164 berikut ini yang artinya : “164. Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Dari ayat tersebut di atas dapat kita pahami bahwa Al Qur’an adalah firman Allah yang turun dalam dua bentuk. Bentuk pertama berupa Al Kitab yang terdiri dari teks 114 surat dan 6666 ayat yang kemudian disusun menjadi mushaf sebagaimana yang sering kita baca. Sedangkan yang kedua adalah Al Hikmah yang bentuknya abstrak, karena ia berupa kandungan makna yang tersimpan dalam teks Al Qur’an itu.

Al Qur’an yang berbentuk kitab adalah firman Allah yang sudah turun dimasa lalu kepada Rasulullah dengan sempurna. Itulah yang turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun dalam bentuk teks yang bisa dibaca, dan kemudian diwujudkan menjadi mushaf Qur’an disusun pada zaman khalifah Utsman bin Affan sebagaimana mushaf Al Qur’an yang sampai kepada kita sekarang ini. Akan tetapi ada Al Qur’an yang tidak berbentuk teks kitab, ia berbentuk Al Hikmah atau makna yang terkandung di dalam ayat-ayat tekstual kitab Al Qur’an. Al Hikmah sudah pernah turun tuntas kepada Rasulullah SAW. Dan masih akan terus turun kepada hamba-hamba Allah yang melakukan kajian-kajian terhadap isi Al Qur’an, dan Al Hikmah inilah yang selalu turun pada bulan Ramadhan kepada siapa saja yang membaca dan mencoba memahami isi Al Qur’an.

Coba kita telaah dari sejumlah ayat berikut ini. Di ayat pertama QS Al Qadr : “Inna anzalnaahu fii lailatul qadr” – Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan, Allah mengatakan bahwa Al Qur’an ‘sudah turun’ di malam kemuliaan, dengan menggunakan struktur kalimat lampau (sudah diturunkan). Akan tetapi di ayat ke empat “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, Allah menginformasikan turunnya para malaikat untuk mengatur segala urusan yang penuh dengan hikmah pada malam Qadr, menggunakan struktur kalimat yang bisa berlaku pada masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang. Dengan menggunakan jenis kalimat ini, tersirat bahwa para malaikat sudah dan akan selalu turun di sebuah malam yang disebut sebagai lailatul Qadr untuk mengatur berbagai urusan yang penuh hikmah. Jadi yang turun pada bulan Ramadhan itu bukan teks Al Qur’an lagi melainkan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam teks Al Qur’an. Dan terhadap orang-orang yang pada malam kemuliaan itu sedang membaca Al Qur’an, mengkaji teks-teks Al Qur’an, dan yang mengamalkan isi Al Qur’an, akan memperoleh hikmah yang kadarnya lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Qadr ayat 1 – 5.

Adapun ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Al Qur’an memang penuh dengan hikmah adalah sebagaimana tercantum dalam QS. Yaa Siin ayat 2 : “Wal Qur’aanil hakiim – Demi Al Qur’an yang penuh hikmah”.

Di bulan Ramadhan para malaikat membawa hikmah Al Qur’an yang tersimpan di Lauh Mahfuzh  untuk didekatkan kepada hamba-hamba-Nya yang sedang berpuasa. Khususnya yang sedang menelaah atau mengamalkan kandungan kitab mulia itu. Lebih khusus lagi kepada mereka yang melakukan I’tikaf di hari-hari terakhir Ramadhan, memohon petunjuk Allah melalui dialog dengan Firman-Firman-Nya. Itulah orang-orang yang memperoleh keberkahan malam Al Qadr. Mereka yang bakal memperoleh kemuliaan disebabkan memperoleh hikmah kandungan Al Qur’an, cahaya yang menerangi hidupnya, sampai ajal menjemput. Ia akan memperoleh nilai kualitas (kadar) yang lebih baik dari 1000 bulan. Di ayat lainnya Allah juga bercerita tentang turunnya Al Qur’an di malam yang penuh berkah itu yaitu dalam QS. Ad Dukhaan ayat 2 – 5 : yaitu, 2.Walkitaabil mubiin” ; Demi Kitab Al Qur’an yang menjelaskan, – 3.Inna anzalnaahu fii lailatim mubarokah, inna kunna mundziriin” ; Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan, – 4.Fiiha yufroqu kullu amrin hakim” ; Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. – 5.Amram min’indinaa innaa kunna mursiliin”; Yaitu urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang Mengutus rasul-rasul.”

Dari sekian ayat-ayat tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan lebih utuh, bahwa Al Qur’an asli tetap berada di Lauh Mahfudz. Allah menurunkannya ke dunia manusia dalam bentuk teks dan hikmah. Teksnya menjadi kitab Al Qur’an yang sudah selesai dibukukan. Sedangkan maknanya masih terus diturunkan kepada siapa saja yang membaca, berusaha memahami dan mengamalkan ayat-ayat Nya dalam teks itu.

Pada hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan pun Allah selalu menurunkan Al Hikmah kepada siapa saja yang berusaha memahami ayat-ayat Nya. Namun, berkah dan hikmah yang paling besar adalah bagi mereka yang melakukan perenungan, pengkajian, dan pengamalan terhadap kandungan Al Qur’an khususnya di akhir-akhir bulan Ramadhan. Saat itulah para malaikat dan malaikat Jibril turun dengan izin Allah, membawa hikmah Al Qur’an bagi mereka yang berharap memperoleh petunjuk Allah, Dzat yang Maha Bijaksana, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 269 : 

269. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Dari ayat tersebut lantas muncul pertanyaan : Siapa orang yang dikehendaki Allah untuk dianugerahkan Al Hikmah tersebut? Allah menjawab pertanyaan itu lewat firman Nya dalam QS Al Waqiah ayat 77 – 81, yaitu : 77. Innahu la Qur’aanun kariim  - Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia. 78. Fii kitaabim maknuun  - Pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). 79. Laa yamussuhu illal muthahharuun – Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. 80. Tanziilum mirrabbil ‘aalamiin – Diturunkan dari Tuhan semesta alam.  81. Afabihaadzal hadiitsi antum mud hinuun – Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur’an ini?

Kalau kita perjelas keseluruhan ayat-ayat tersebut di atas, maka kita akan memperoleh informasi yang runtut sebagai berikut:

1. Al Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia karena berisi firman-firman Allah yang penuh dengan hikmah bagi makhluk-Nya.

2. Bacaan mulia ini terdapat di Lauh Mahfudzh – kitab Nyata yang imajiner, dan berada disisi Allah, Sang Penguasa segala peristiwa.

3. Al Qur’an berada di dalam kitab yang terpelihara yang tidak sembarang orang bisa menyentuhnya, karena kitab itu berada di alam yang berdimensi tinggi, – di sisi Allah.

4. Hanya orang-orang yang telah membersihkan diri saja (disucikan) yang bisa sampai ke dimensi tinggi itu dan bersentuhan dengan kitab mulia di Lauh Mahfuzh. Bukan hanya fisiknya, melainkan totalitas dirinya sebagai manusia, kualitas nafsul muthmainnah, insane kamil.

5. Lauh Mahfuzh berada di sisi Allah, sedangkan Allah sangat dekat dari pada urat leher kita. Berarti Lauh Mahfuzh juga sangat dekat dengan kita. Tapi, meskipun perumpamaannya dekat secara fisik, belum tentu dekat secara jiwa. Karena Jiwa yang bersihlah yang akan bisa merasakan kedekatan dirinya dengan Allah. Dan kemudian dekat dengan Lauh Mahfudzh yang menyimpan hikmah-hikmah Al Qur’an.

6. Jika proses pendekatan jiwa itu kita lakukan, maka Allah akan menurunkan Al Qur’an melalui para malaikat dan malaikat Jibril dalam bentuk Al Hikmah ke dalam jiwa kita. Dialah yang akan memudahkan semua itu.

7. Banyak tidaknya hikmah yang diturunkan kepada seseorang tergantung bagaimana sikap hatinya. Hikmah itu akan mengalir deras kepada mereka yang tidak menganggap remeh kitab mulia itu. Dan memperlakukannya sebagai kitab yang berisi petunjuk Allah yang Maha Tinggi.

8. Al Hikmah yang diturunkan khusus pada malam kemuliaan (lailatul Qadr) di akhir bulan Ramadhan, ditujukan kepada siapa saja hamba yang dikehendaki – Nya, yaitu hamba-hamba Nya yang telah melalui suatu proses pensucian jiwa terlebih dahulu, seiring dengan lamanya berpuasa di bulan Ramadhan. Dengan kata lain 20 hari pertama dibulan Ramadhan melakukan proses pensucian diri, untuk bersiap-siap menyongsong datangnya malam al Qadr, sehingga di 10 hari yang terakhir Rasulullah menyarankan ummatnya agar lebih banyak membaca Al Qur’an, baik dalam sholat maupun dalam telaah I’tikaf di masjid. Di 10 hari terakhir itulah kemudian Allah mengutus para malaikat untuk membawa hikmah Al Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke dalam jiwa orang-orang yang telah disucikan.

9. Inti dari Lailatul Qadr adalah terletak pada diturunkannya hikmah-hikmah Al Qur’an sebagaimana yang diterangkan Allah di ayat pertama surat Al Qadr – Inna anzalnaahu fi lailatul Qadr. Kata hu dalam kalimat ini menunjuk kepada Al Qur’an.

10. Kemuliaan malam itu semata-mata dikarenakan turunnya Al Qur’an yang mulia, demikian pula turunnya para malaikat untuk mengiringi malaikat Jibril, semua itu dikarenakan mereka membawa petunjuk Allah yang terkandung dalam hikmah ayat-ayat Al Qur’an.

11. Seringkali kita salah memahaminya karena kita menganggap yang mulia adalah ‘malam’-nya, dan bukan proses turunnya Al Qur’an yang berupa hikmah yang dibawa oleh para malaikat, sehingga banyak diantara kita berupaya mencegat datangnya malam Al Qadr itu meskipun kita tidak melakukan proses pensucian diri, atau bahkan tidak sedang melakukan telaah ayat-ayat Al Qur’an. Padahal sesungguhnya berkah dan kemuliaan malam itu hanya turun kepada orang-orang yang membaca Al Qur’an dan memperoleh petunjuk dari dalamnya sebagaimana firman Allah dalam QS.Shaad ayat 29 : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.

12. Kenapa malam hari?, sehingga Rasulullah memerintahkan agar kita menghidupkan malam sepanjang akhir bulan Ramadhan? Karena sesungguhnya malam hari itu memberikan suasana yang mengesankan untuk melakukan telaah dan kajian, seperti yang diperintahkan Allah dalam QS Al Muzammil ayat 1 – 7 :

- Hai orang yang berselimut (Muhammad); - Bangunlah di malam hari, kecuali sedikit; - yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit; - atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan; - Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat; - Sesungguhnya Bangun waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan; - Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).

Begitulah kata Allah, bangun di waktu malam lebih tepat, dan bacaan lebih berkesan. Selain itu Allah juga memesankan agar kita tidak tergesa-gesa dalam membaca Al Qur’an. Kenapa? Karena Allah menurunkan perkataan yang berat, makna yang mendalam, dan itulah Al Hikmah yang diturunkan kepada mereka yang melakukan kajian yang focus terhadap firman-firman Allah Yang Maha Tinggi.

Kesimpulannya, nilai terbesar dalam hidup ini adalah ketika seseorang bisa memperoleh Al Hikmah. Itulah karunia yang paling besar yang diberikan kepada seorang hamba Allah seperti disebut dalam QS Al Baqarah 269 yang telah kita bahas di atas. Dan Al Hikmah itu hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang mempergunakan akalnya, lebih tepat dilakukan pada waktu malam hari, oleh orang-orang yang mensucikan diri dengan berpuasa dibulan Ramadhan karena Allah, terutama pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan, dialah orang yang memperoleh lailatul Qadr. Wallahu ‘alam bishawwab.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk melakukan ibadah puasa sebagai proses pensucian jiwa agar memperoleh predikat taqwa, dan karenanya Allah kemudian menganugerahi kita semua Al Hikmah pada malam kemuliaan lailatul Qadr. Amiiin Yaa Robbal ‘alamiin. Billahi Taufiq wal Hidayah….Wassalamu’alaikum wr.wb. (*)

Penulis adalah Manager Akses Keuangan dan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara. Disarikan dari Kajian Memahami Al Qur’an Dengan Menggunakan Metode Puzzle, karangan Agus Mustofa.




No comments:

Post a Comment