Social Icons

Monday, July 22, 2013

Banjir Sultra, Gubernur Niat Potong Kerbau Putih

Gubernur Niat Potong Kerbau Putih, Untuk Ritual “Cuci Kampung”

PUMA Kendari:
Banjir yang melanda 2/3 wilayah di Sultra membuat Gubernur Sultra, Nur Alam berpikir soal perluanya digelar ritual “cuci kampung” atau “Sera Wonua” sesuai adat suku Tolaki. Upacara ini dianggap sebagai jalan keluar terbaik, selain berdoa dan berdzikir pada Allah SWT, atas musibah banjir yang melanda Kota Kendari dan beberapa kabupaten lain di Sultra.

"Jangan saya dianggap kuno! Yang punya ketaatan beribadah, kita dzikir secepatnya dan kita adakan sera wonua. Mengapa? Setelah saya pulang habis keliling Kota Kendari melihat daerah yang banjir, saya renungkan. Ada interpelasi dalam diri saya. Sultra dapat rezeki dari Allah SWT. Bayangkan emas muncul dari perut bumi, nikel dan lainnya, tidak pernah kita syukuri. Syukurnya hanya pribadi-pribadi. Ya, kita memadukan dua usaha. Di samping secara fisik, maupun doa-doa," katanya, di hadapan Wagub Sultra, Moch. Saleh Lasata dan Sekprov Sultra, Zainal Abidin dan undangan yang hadir di pelantikan Lukman Abunawas, kemarin.

Tidak hanya sera wonua dalam kepercayaan suku Tolaki, Nur Alam juga menghimbau dan menginstruksikan pada Wagub, agar mengadakan cuci kampung versi suku Muna dan Buton. Semua akan disatukan dengan sera wonua dalam adat suku tolaki. Nur Alam sudah menyiapkan kerbau putih untuk persembahan. Mengapa kerbau putih? Katanya, itu sesuai kepercayaan suku Tolaki.    
"Kalau sera wonua menurut tradisi Tolaki, kerbau putih. Kita berdoa pada Allah SWT dan kerbau menjadi persembahan," jelasnya.
   
Bicara soal banjir, gubernur sudah meninjau lokasi banjir, terutama daerah yang mengalami banjir cukup parah seperti di Mandonga, di Kemaraya sekitar masjid Nurul Falah, Kasilampe, kampung Salo dan bagian Wuawua, termasuk daerah Lepo-lepo yang dekat dengan Sungai Wanggu dan tapak kuda. Dia sangat prihatin atas kondisi yang dialami warga Kota Kendari, Konsel, Konawe dan Konut. Karena itu, dia memerintahkan semua SKPD, terutama kepala dinas agar turun lapangan sementara waktu. Tugas kantor dilimpahkan pada staf dan pejabat berwenang.
   
"Pemda kabupaten juga sudah melaksanakan tindakan evakuasi, baik di Konawe, Konut maupun Konsel. Untuk itu saya minta pada semua SKPD agar di lapangan. Kalau sudah ada yang punya stok makanan, saya minta jangan disimpan di kantor, tapi dibagi. Karena sekarang saya lihat yang paling berat makanan. Yang bisa dia selamatkan hanya pakaian di badan," jelasnya.
   
Dia mengatakan, turut berempati atas peristiwa yang dialami langsung warga. Dan salah satu bentuk empati yang dia tunjukan, adalah berjalan kaki ke daerah yang terkena banjir seperti di tapak kuda. Menurut gubernur, apa yang dilakukan ikut menurunkan emosi publik dan yang dia lihat cukup berhasil, seperti saat dia meninjau daerah yang terkena banjir di Mandonga, Kasilampe dan Wanggu, Rabu (16/7) malam lalu.    

Sebab, biasanya ketika terjadi banjir yang disalahkan dan paling dicaci maki adalah pemerintah. Tapi untungnya, cacian itu tidak ada yang sampai ke telinganya. Makanya, dia memerintahkan para kepala SKPD, agar melakukan droping makanan dan tenda. Sebab, dia mengamati, ada tiga cara berpikir ketika terjadi banjir. Kelompok pertama akademisi, komentarnya karena terjadi penggundulan di Nipa-nipa dan Tahura.    

"Dengan kita turun, meredakan emosi. Yang tidak beruntung itu Walikota karena sudah dua hari ini tidak di Kendari, ada tugas luar kota. Artinya dengan saya turun, saya sudah selamatkan pemerintah. Dengan kondisi ini, kita turun dan pastikan tidak ada yang kelaparan. Yang lebih berat evaluasi saya kemarin, lumpur setinggi lutut bercampur kotoran manusia, masuk rumah warga. Karena itu saya minta dinas sosial dan BNPB, data betul-betul. Saya minta seluruh SKPD bisa turun, utamanya sosial dan BNPB," tandasnya.

Sumber: kendari pos

No comments:

Post a Comment