Social Icons

Monday, July 29, 2013

Mimpi Manis Untuk Investasi Akhirat


SULTRA - Dua tahun setelah jadi Gubernur Sultra, tepatnya tahun 2009 lalu, Nur Alam menggulirkan ide akan membangun masjid megah di tengah teluk. Namanya Masjid Al Alam. Kritik dan cibiran berbagai pihak tak menggoyahkan mimpi besarnya itu. Masjid itu disebutnya sebagai sebuah investasi akhirat yang memang butuh biaya besar. ABPD Sultra dan bantuan investor dipatok jadi sumber dana. Cukup tidak cukup, mimpi itu harus jalan.
   
"Biayanya memang besar untuk kondisi sekarang, tetapi nantinya ini akan "terbayar" bila investasi akhirat ini terwujud. Pemerintah akan terus mengupayakan agar masjid ini berdiri, sehingga nantinya masyarakat menaruh kepercayaan dan ikut berpartispasi merampungkan pembangunannya," kata Gubernur Sultra itu, usai meninjau kondisi terkini pembangunan masjid pertama di dunia yang berada di tengah laut tersebut, beberapa waktu lalu.
   
Maka, mengucurlah dana APBD Sultra untuk mengongkosi proyek prestisius itu. 2010, ABPD keluar Rp 10 M, setahun kemudian di APBD 2011, lagi-lagi pajak rakyat yang terkumpul itu diambil Rp 12 M. tahun 2012 lalu, ada Rp 16 M yang dialokasikan APBD untuk masjid itu. Anggota DPRD yang 45 orang itu enteng saja menyetujui sebuah program yang mereka sendiri pasti tak berani menjamin bahwa dana itu akan berguna nantinya.
   
Total sudah ada Rp 38 M uang daerah ini yang digelontorkan untuk mengongkosi mimpi sang gubernur. Bandingkan dengan “keikhlasan” daerah ini untuk mengaspal jalan Raha-Lakapera, yang hanya Rp 25 M plus Rp 10 M tambahan untuk pengerasan. Padahal, jalur itu lebih dari sekedar sebuah investasi akhirat, karena berfaedah bagi makhluk bumi, terutama mereka yang menggunakan jalan itu setiap hari dan tentu saja berpahala bagi yang mengerjakan.
   
Lalu sudah jadi apa uang Rp 38 M dari APBD itu ? Hanya jadi tiang pancang dan  belum bisa dinikmati siapapun. Hanya bisa dilihat-lihat dan dikhayalkan kalau kelak jadi. Saat ini baru ada 116 tiang pancang yang sukses ditanamkan ke dasar teluk, yang akan menopang 29 titik dudukan tiang utama masjid. Masih harus ditancapkan sekitar 100 tiang pancang lagi untuk menopang 25 titik dudukan tiang masjid. Totalnya, akan ada 256 titik nantinya.
   
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan mega proyek itu ? Rp 350 Miliar. Anggaran sebesar itu pastilah terasa berat buat APBD kecuali daerah ini rela tak ada pembangunan dalam setahun, karena anggaran hanya untuk bayar gaji pegawai setengahnya dan sisanya untuk bayar biaya bangun masjid. “Biayanya memang besar, makanya ini dianggarkan bertahap, termasuk stimulus dari APBD,” kata Kabid Perencanaan Dinas PU Sultra, Ir Samaruddin, akhir pekan lalu.
   
Ia mengakui, sudah ada Rp 38 M dana APBD yang dikucurkan dan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dicairkan tahun 2010 senilai Rp 12 miliar, tahap kedua tahun 2011 sebesar Rp 10 miliar dan tahap ketiga Rp 16 miliar. "Ke depannya kita harap investor dari luar. Karena masjid ini, bangunan untuk umat. Siapa saja bisa berkontribusi. APBD hanya stimulus. Kita harap kontribusi investor," katanya, kemarin.
   
Jika hanya mengandalkan APBD, tidak mencukupi. Karena itu, akan dilakukan review desain masjid Al Alam. Salah satu yang akan direview adalah jembatan yang menuju masjid. Sebab, setelah dicermati dan dikaji, ada solusi murah untuk jembatan. Selain itu, jalan lingkar yang mengeliling masjid, rencananya akan dihilangkan untuk menekan biaya.
   
"Konstruksi di bawah laut, sehingga biaya besar ada di tiang pancangnya. Kita cari solusi konstruksi biaya yang tidak besar, tapi nilai estetikanya tetap terjaga. Bisa jadi untuk jembatan menuju masjid, kita robah. Mungkin kita timbun supaya lebih murah. Kira-kira depan Hotel Clarion, disitu yang dangkal. Sehingga kemungkinan disitu yang kita timbun," jelasnya. Pemprov, kata dia, tetap berharap pada dana APBD untuk pembiayaan. Tapi, kalau desain belum direvisi, pengajuan anggaran tidak akan dilakukan.
   
Anggota DPRD Sultra, La Nika mengakui bahwa ada komitmen awal antara legislatif dan eksekutif bahwa APBD hanya mengongkosi program awal masjid itu, bukan untuk pembangunannya. Makanya ia mewanti-wanti betul agar tidak ada anggaran masjid di APBD 2013 dan APBD Perubahan 2013. "Ini proyek monumental terus kita evaluasi. Apalagi di RPJMD dua ini, untuk mengefektifkan program lima tahunan. Masjid Al Alam bersama block grant itu adalah proyek simbolik. Jadi, kita terus evaluasi," ujar La Nika.
   
Sayangnya, La Nika mengaku tidak hafal besaran anggaran yang diporsikan untuk mewujudkan ambisi Nur Alam itu. Tapi kader Golkar ini membenarkan bahwa anggaran pembangunan masjid itu tidak diporsikan lagi, namun secara faktual setiap tahun anggaran pembangunan Masjid Al Alam diporsikan dalam APBD. "Komitmen awalnya, hanya disediakan pada tahap perencanaan saja. Tahap selanjutnya diharapkan  dari bantuan, tapi ternyata bantuan itu tidak pernah ada. Karena jadi tanggungjawab moril gubernur maka sering masuk APBD," beber Ketua Komisi III ini.
   
La Nika membantah DPRD Sultra kecolongan dengan masuknya mata anggaran pembangunan masjid dalam APBD yang nota bene melanggar komitmen awal bersama eksekutif. "Bukan kecolongan hanya saja tetap menjadi pertanyaan dalam pembahasan. Kami fraksi Golkar selalu pertanyakan," imbuhnya.

Jadi Icon
Mengapa masjid Al Alam sangat penting dibangun? Menurut Kabid Perencanaan Dinas PU Sultra, Ir Samaruddin, masjid yang digagas Gubernur Sultra itu bertujuan melengkapi penataan Kendari Beach secara keseluruhan sebagai daerah wisata. Iven tahunan yang diadakan di Kendari beach seperti festival teluk dan kapal hias, termasuk kulinernya, dianggap komplit dengan adanya masjid di tengah laut.
   
Makanya, masjid yang didesain arsitek dari Bandung tersebut, dianggap perlu untuk ada. Itu pula sebabnya, untuk mewujudkan mimpi tersebut, dibentuk yayasan yang diberi nama yayasan Al Alam. Yayasan tersebut bertujuan menghimpun dana dari umat yang hendak menyumbang. Siapa saja yang mau mengeluarkan hartanya untuk pembangunan masjid tersebut, bisa langsung ke yayasan. Diharapkan, ada investor besar yang mau menalangi pembangunan masjid. Ketuanya ditunjuk Doddy Djalante.
   
Sayangnya, belum juga masjid tersebut kelar, Doddy yang saat itu masih menjabat Kadis PU, keburu wafat. Makanya, kata Samaruddin, berapa dana dari umat yang sudah terkumpul, belum diketahui. Terlebih, yayasan baru terbentuk tahun 2012 lalu. Karena itu pula, untuk mengefektifkan yayasan, akan ditata kepengurusan dengan mencari ketua yayasan yang baru.    
   
Lalu mengapa masjid menggunakan nama Al Alam? Samaruddin tak mau berspekulasi. Makanya dia menolak berkomentar, dengan alasan bukan ranahnya untuk bicara. Yang dia yakini, fisik bangunan akan selesai terbangun, meski tak bisa memastikan kapan bisa terealisasi. Seperti halnya Ali Sadikin yang meyakini bisa membangun masjid Istiqlal, bersamaan dengan tugu Monas. Dan hasilnya pun, sudah terbukti.
   
Masjid Istiqlal yang megah dan bisa menampung ribuan jamaah telah berdiri kokoh dan menjadi kebanggan Indonesia, walau tugu monas yang lebih dulu dikerjakan. "Saya yakin bisa selesai, tapi tahun berapa, itu yang saya tidak bisa pastikan. Ada banyak yang perlu direview untuk menekan biaya," tandasnya.

Sumber: kendari pos

2 comments:

  1. Kalau untuk Investasi akhirat tidak perlu dianggarkan di APBD.. contohnya Masjid Agung Kolaka Utara yg tidak di anggarkan di APBD tapi sudah dinikmati oleh masyarakat kolut

    ReplyDelete
  2. investasi akhirat, bukan berarti membangun mesjid, saya pikir pembangunan jalan Raha -Lakapera jauh lebih bermanfaat buat umat yang akan mendatangkan kemaslahatan,
    heran saya,,, fungsi anggota dewan yang terhormat mana ini,,,kabupaten Muna itu kan bagian dari provinsi Sultra (kalau dilihat dari Peta),,,tapi kok untuk membangun jalan saja susah,,kami masyarakat MUna tidak mengharapkan banyak pembangunan di Muna,,tapi yang kami butuhkan hanyalah,,jalan,<(tolong para anggota dewan suarakan juga kepentingan rakyat,jangan cuman duduk2 d kantor,,study banding itu 100% tidak ada gunanya,,,,itu hanya menghabiskan uang rakyat saja,,,,,

    ReplyDelete